Secara umum cedera otot-rangka dapat berupa :
1. Patah tulang
2. Kepala sendi atau ujung tulang keluar dari sendi (cerai sendi/dislokasi)
3. Otot atau sambungan otot teregang melebihi batas normal (terkilir/sprain)
4. Robek atau putusnya jaringan ikat di sekitar sendi (terkilir sendi/strain)
1. PATAH TULANG
-Pengertian :
Patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian .
-Penyebab :
Semua gaya yang cukup kuat dapat menyebabkan kerusakan pada sistem otot-rangka termasuk kerusakan jaringan lunak.
-Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
a. Gaya langsung
Gaya langsung diterima bagian tubuh tertentu, dan cedera terjadi pada bagian mengalami kontak dengan gaya tersebut.
Expl. Pengendara sepeda motor ditabrak dari samping, tungkai kanan langsung menerima gaya dari kecepatan kendaraan.
b. Gaya tidak langsung
Bagian tubuh tidak menerima gaya langsung, namun gaya diteruskan shngg bagian yang tidak mengalami gaya ikut rusak.
Expl. Pengendara mobil yang mengalami kecelakaan, lutut penderita maju an menghantam panel depan.
c. Gaya Putar
Terjadi akibat upaya tubuh atau posisi anatomis demikian rupa sehingga pada saat benturan seolah terkunci, sehingga gaya langsung berubah menjadi momen putaran.
-Gejala dan tanda :
1. Perubahan bentuk
Gaya yang diterima tulang patah menyebabkan bagian tersebut berubah bentuk atau menyudut, beda dengan posisi anatomisnya.
2. Nyeri dan kaku
Penderita mengalami nyeri, pembengkaan dan perubahan bentuk pada sistem otot-rangka akan makin nyeri apabila bagian ini disentuh atau digerakkan.
3. Terdengar suara berderik pada daerah yang patah.
Bahasa kedokterannya krepitus, yang terjadi akibat pergesekan antara bagian ujung tulang yang patah.
4. Pembengkakan
Pada saat tulang patah jaringan lunaknya terobek maka akan terjadi pendarahan yang mengakibatkan pembangkakan.
5. Memar
Terjadi perubahan warna kulit menjadi biru tua, akibat cedera di bawah kulit . (berlangsung dalam beberapa jam/hari)
6. Ujung tulang terlihat
7. Sendi terkunci
Biasanya terjadi dislokasi, sendi akan terkunci mungkin posisi normal maupun abnormal dibanding posisis anatomis. (cedera ini harus dibidai sesuai posisi awal ditemukan)
8. Gangguan peredaran darah dan persyarafan.
9. Periksalah gerakan, nadi dan sirkulasi bagian distal cedera baik sebelum maupun sesudah pembidaian. (mati rasa dan kelumpuhan sering terjadi pada bagian distal cedera akibat penekanan oleh tulang bahkan terputus)
-Jenis Patah Tulang :
1. Patah Tulang tertutup
Tidak ada luka, permukaan kulit tidak rusak / masih utuh, sehingga again tulang tidak berhubungan langsung dengan udara.
2. Patah tulang terbuka
Ada luka, permukaan kulit di atas / dekat dengan bagianyang patah rusak, sehingga bagian tulang berhubungan langsung dengan udara. Akan tetapi tulang yang patah tidak selalu terlihat atau menonjol keluar.
2. CERAI SENDI/DISLOKASI
l Pengertian :
Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi atau keluarnya ujung tulang dari sendinya.
l Penyebab :
Karena sendi meregang melebihi batas normal, sehingga kedua ujung tulang menjadi terpisah, tidak pada tempatnya.
l Gejala dan tanda :
secara umum berupa gejala dan tanda patah tulang yang terbatas pada daerah sendi.
3. TERKILIR/KESELEO
Ada 2 macam :
1. Terkilir sendi ( sprain )
Pengertian :
Robeknya/putusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi teregang melebihi batas normal.
Penyebab :
Terpeleset, gerakan yang salah.
Gejala dan tanda :
l Nyeri bengkak
l Bengkak
l Nyeri tekan
l Warna kulit merah kebiruan.
2. Terkilir otot ( strain )
Pengertian :
Robeknya jaringan otot pada bagian tendon (ekor otot), karena teregang melebihi batas normal.
Penyebab :
Umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba. Exp. Olah raga tanpa pemanasan yang benar.
Gejala dan tanda :
l Nyeri tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu.
l Nyeri menyebar keluar disertai kejang dan kaku.
Bengkak pada daerah yang cedera.
4. PEMBIDAIAN
Tujuan pembidaian :
Tujuan utama pembidaian adalah untuk mencegah terjadinya pergerakan anggota tubuh yang cedera. Pembidaian harus mencakup sendi dan tulang agar efektif.
Beberapa tujuan lain pembidaian :
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada bagian anggota yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan.
6. Mengurangi perdarahan.
-Jenis-jenis bidai yang umum dipakai :
1. Bidai Keras
Umumnya terbuat dari benda yang keras misl; kayu,alumunium, karton, plastik, atau bahan lain yang keras. Exp : bidai kayu, bidai tiup, bidai wakum.
2. Bidai yang dapat dibentuk
Jenis ini dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi untuk disesuaikan dengan bentuk cedera.
3. Bidai traksi
Bidai berbentuk jadi dan bervariasi sesuai dengan pembuatnya, hanya digunakan oleh tenaga yang terlatih khususnya, umumnya digunakan pada patah tulang paha.
4. Gendongan/Belat dan bebat
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya mitela.
5. Bidai improvsasi
Memanfaatkan bahan yang memungkinkan yang ada di sekitar.
-Pedoman Umum Pembidaian
Informasikan rencana tindakan kepada penderita.
2. Paparkan bagian yang cedera dan atasi perdarahan jika ada.
3. Bebaskan pakaian didaerah sendi yang akan dibidai dan buka perhiasan daerah yang patah/bagian distalnya.
4. Nilai GGS pd bagian distal sblm membidai.
5. Siapkan alat-alat.
6. Jangan ubah posisi bagian yang cedera.
7. Jangan memasukkan bagian/tulang yang patah.
8. Pembidaian harus meliputi dua sendi tulang yang patah.
9. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi
10. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak bila memungkinkan.
11. Isi bagian tubuh yang kosong dengan bidai dngn pelapis.
12. Ikatan tidak terlalu keras atau kendor.
13. Ikatan cukup jumlahnya.
14. Selesai, periksa GSS kembali.
-Pertolongan cedera sistem otot – rangka
1. Lakukan penilaian dini.
l Kenali dan atasi keadaanyang mengamcam jiwa.
l Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
l Pasang bidai leher ( neck collar ) dan beri oksigen bila ada.
2. Lakukan pemeriksaan fisik, ingat PLNB serta GSS pada cedera alat gerak sebelum dan sesudah pembidaian.
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi atas dan bawah.
4. Paparkan seluruh bagian yang diuga cedera.
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.
6. Siapkan semua pertalatan danbahan untuk pembidaian.
7. Lakukan pembidaian, ukur bidai, satukan dengan tubuh dan jangan terlalu kuat sehingga mengganggu peredaran darah.
8. Kurangi rasa sakit dngn istirahatkan bagian cedera, kompres dengan es (khususnya pada patah tulang tertutup dapat dipertimbangkan)
9. Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar